Sunday, November 1, 2009

Kepemimpinan Berbasis Komunitas dalam OMS

KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMUNITAS DALAM OMS
Source : Frans Toegimin

Seorang pemimpin yang baik dalam organisasi diyakini dapat memberikan andil yang besar kepada organisasinya, apapun bentuk, karakter, tujuan maupun budaya oraganisasi yang dipimpinnya. Organisasi yang dimaksud bisa berbentuk negara, partai politik, Organisasi Masyarakat Sipil – OMS (termasuk NGO) atau lembaga kemasyarakatan lainnya. Pemimpin sangat berperan dalam menentukan arah (orientasi) organisasi yang dipimpinnya. Ia harus bisa memfasilitasi organisasi dalam menentukan visi dan misi yang akan dilaksanakan dalam mencapai cita-cita organisasinya. Oleh sebab itu kehadiran pemimpin menjadi sesuatu yang amat menentukan bagi jatuh bangunnya – maju atau mundurnya sebuah organisasi.

Ada cukup banyak konsep (teori) tentang pemimpin dan kepemimpinan. Henry Blanchard lebih meyakini bahwa memimpin adalah “proses mempengaruhi orang/kelompok lain untuk mencapai suatu tujuan”. Dalam hal ini “pengaruh” menjadi kunci utama bagi seorang pemimpin. Orang yang tidak bisa mempengaruhi orang / kelompok lain pasti tidak bisa menjadi seorang pemimpin. Kekuatan untuk mempengaruhi tanpa mendominasi dan intimidasi menjadi faktor yang penting. John W. Gardner punya pendapat yang senada dengan Blanchard, yaitu “memimpin adalah suatu proses untuk membujuk atau memberi contoh dimana seorang pribadi atau pemimpin termasuk dalam sebuah group, mengejar tujuan yang dipegang oleh seorang pemimpin atau dibagikan antara pemimpin”. Dalam konsep ini contoh dari seorang pemimpin menjadi penting, walaupun hal semacam itu sekarang sudah semakin sulit didapatkan bagi kita di Indonesia, sehingga sering muncul anekdot bahwa sebagian besar orang Indonesia menderita sakit mata dan telinga, karena apa yang didengar (dari para pemimpin) seringkali berbeda dengan apa yang dilihat (yang dilakukan oleh para pemimpin)!!. Ajaran ”ing ngarso sung tulodho” dari Ki Hajar Dewantara seolah semakin jauh dari kehidupan para pemimpin di Indonesia.
Sedangkan Walter C. Wright mendefinisikan kepemimpinan sebagai “suatu hubungan dimana seseorang berusaha untuk mempengaruhi pikiran, kebiasaan, keyakinan atau nilai-nilai orang lain”. Dengan demikian, Wright lebih ”ideologis”, karena tidak sekedar mempengaruhi hal-hal yang praktis dan pragmatis, tetapi sampai masuk ke ranah keyakinan dan nilai-nilai.
Terlepas dari ketiga konsep itu, pada prakteknya, pemimpin dan kepemimpinannya bisa jadi sudah merupakan suatu bakat sejak lahir dalam diri seseorang, didorong oleh suatu keadaan tertentu. Itulah sebabnya kita sering mendengar bahwa “pemimpin sejati itu dilahirkan”, bukan diangkat (karena kepangkatan, golongan) atau dipilih (musyawarah, voting, dll). Pengertian dilahirkan pasti bukan pengertian harafi’ah. Dilahirkan di sini dapat diartikan “muncul dan berperan pada situasi tertentu” karena setiap jaman memerlukan pemimpin dengan karakter tertentu . Akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa pemimpin dan kepemimpinan dapat dibentuk melalui suatu proses (pendidikan, latihan, on the job training, dll), untuk itulah ada “suspin” – kursus untuk para (calon) pemimpin, dll.
Memang, ada cukup banyak konsep kepemimpinan yang coba ditawarkan untuk menyikapi berbagai perubahan yang ada. Sampai-sampai dalam konteks komunitas yang lebih terbatas muncul pula konsep-konsep kepemimpinan yang lebih specific seperti Heroic Leadership oleh Chris Lowney yang mengangkat Kominitas Jesuit sebagai basis analisisnya dalam Servant Leadership oleh Robert Greenleaf yang diinspirasikan oleh komunits Kristen.
Dalam perkembangan selanjutnya, praktek-praktek kepemimpinan semakin dipengaruhi oleh (paling tidak) dua hal, yaitu (i) gaya kepemimpinan yang dimiliki sang pemimpin dan (ii) tuntutan lingkungan (kebutuhan, permasalahan, karakter, dll) termasuk kelompok-kelompok yang dipimpin. Itulah sebabnya gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Henry Blanchard memberikan acuan bagaimana pemimpin meningkatkan ketrampialannya dalam mengembangkan sumberdaya manusia yang dipimpinnya. Blanchard memberikan inspirasi penting tentang teknik-teknik memimpin manusia berdasarkan tingkat perkembangan mereka. Secara teknis konsep Blanchard dirasakan cukup cocok untuk kepemimpinan yang berbasis komunitas dan banyak diadopsi oleh LSM dan komunitas-komunitas lain di Indonesia yang bersifat semi-formal. Dalam kepemimpinan situasional ini Blanchard membaginya dalam 4 gaya , dan lebih menekankan aspek managerial. Konsep Blanchard ini menyikapi penyeledikian panjang Anthony D’Souza yang menyimpulkan bahwa “the sinlge greatest problem of the leader is a lack of managerial skills” Apa yang dinyatakan Souza kiranya sangat pas (cocok) dengan situasi di Indonesia, khususnya di dunia OMS (termasuk LSM). Dalam konteks Indonesia, LSM dikenal sebagai komunitas informal (bukan dalam pengertian legalitas, tetapi dalam pengertian praxis) . Kebutuhan akan pentingnya management dalam LSM baru dipromosikan dengan sungguh-sungguh sekitar 5 sampai 15 tahun terakhir, yang antara lain diprakarsai oleh MIM (Manitoba Institute of Management) yang bekerjasama dengan 5 LSM besar di Indonesia (BINGO) . Pada akhir tahun 80an masih banyak aktivist LSM yang menyatakan bahwa LSM tidak memerlukan management. Lama kelamaan ‘sikap’ semacam ini sudah mulai menghilang, karena mulai banyak tekanan dari lembaga donor (yang menghendaki adanya perbaikan management dalam LSM) dan adanya beberapa LSM yang dengan gencar mempromosikan “management for non-profit organization” sebagai bagian dari peningkatanan kapasitas LSM. Bahkan akhir-akhir ini semangat “good governance, transparansi dan akuntabilitas” sudah menjadi ‘obat’ sehari-hari untuk banyak LSM.

Dalam hal kepemimpinan berbasis komunitas, Greenhalf mempunyai pendapat yang cukup menarik, yaitu ; “Suatu tanda / bukti bagi pemimpin adalah apabila ia dalam posisi menunjukkan jalan (memberikan altrenatif) bagi orang lain dari pada menentukan jalan bagi orang lain. Selama seseorang sedang memimpin, ia harus mempunyai tujuan (goal). Tujuan tersebut bisa diambil dari kesepakatan orang-orang yang dipimpinnya, atau pemimpin aktif memberikan inspirasi untuk merumuskan tujuan. Sudah pasti pemimpin harus tahu tentang tujuan itu dan dapat menyampaikan kepada orang lain dengan baik, dengan pernyataan-pernyataan yang jelas. Pemimpin perlu membantu anggota kelompok lain untuk memahami dan mencapai tujuan tersebut”.

Dengan demikian sudah cukup jelas bahwa kepemimpinan yang berbasis komunitas masyarakat sipil yang juga cocok untuk Organisasi Masyarakat Sipil adalah kepemimpinan yang mempunyai ciri-ciri sbb ;

• Kepemimpinan yang egaliter berdasar seni dan pemahaman terhadap manusia secara menyeluruh dengan semangat kesederhanaan (simplicity) dan low profile.
• Menampakkan sikap menjadi diri sendiri (sapere aude) dan menjaga semangat keteladanan dalam semua aspek, sebab semua orang menuntutnya demikian.
• Mampu menjadi penengah dalam sengketa dan tidak membangun wibawa berdasarkan harta dan kuasa.
• Bertugas menjadi fasilitator utama (primus inter peres), sehingga lebih bersifat melayani daripada mendominasi

(Ciri-ciri tersebut di atas linier dengan konsep Leadership by Passion (kepemimpinan berdasarkan passi) yang dikembangkan oleh Pieter Usbander dalam Leadership from Within. Leadership by Passion lebih menekankan pematangan sikap yang dibangun dari dalam, yang kemudian memunculkan motivasi. )

Ciri-ciri di atas cukup berbeda dengan keadaan di lembaga bisnis yang pada umumnya ;

• Lugas dan mementingkan tugas (task oriented), mengejar tercapainya image “a real manager” atau executive proffesional
• Menjaga wibawa dengan berbagai cara agar perintah dapat menggerakkan organisasi (penampilan formal dengan dasi sebagai asesori yang dianggap penting – walaupun dirasa tidak nyaman, kantor representaive dan lokasi kantor yang tidak ‘di sembarang tempat’, jenis kendaraan yang digunakan, dll), kalau perlu dengan rewards and penalty system
• Pimpinan bertugas memberikan direction/arah, bukan alternatif-alternatif.

Sedangkan motivasi dan komunikasi yang diperlukan oleh seorang pemimpin yang berbasis komunitas adalah ;

• Perlu lebih memperkuat “motivated factors”
• Pimpinan semua bagian harus ahli dalam bidang ini (motivasi dan komunikasi) melebihi keahlian lain yang diperlukan.
• Komunikasi bukan pertama-tama soal keahlian, tetapi terutama sikap batin dan perilaku (attitude) seseorang.
• Pertemuan rutin bukan hanya untuk rapat (salah satu media pengambilan keputusan) tetapi tatap hati dan sharing  memperkuat hubungan antar manusia, interaksi intensif.
• Lebih banyak memberikan dorongan dan inspirasi dibanding ”directing and teeling”.
• Reward lebih bermakna dari pada incentive system.
• Staf yang menghitung uang pada hari pertama bekerja kemungkinan besar bukan assets yang sustainable untuk LSM / NGO yang bersangkutan.
• Staff development adalah investment paling baik untuk organisasi

Bila dilihat dari budaya organisasi (organization culture), ada 4 alternatif kepemimpinan yang bisa dikembangkan, tergantung fokus pengembangan organisasi dan tingkat perkembangan organissi dari masing-masing OMS. Ke-empat kecenderungan budaya organisasi tersebut adalah ; Budaya Kekerabatan (Clan), Budaya Herarkhi, Budaya Pelayanan, Budaya Adhokrasi. Ciri-ciri masing-masing budaya organisasi tersebut adalah sebagai berikut ;

Budaya Kekerabatan (Clan)

• Tempat yang nyaman untuk bekerja di mana orang dapat sharing tentang diri mereka dengan enak
• Seperti keluarga besar
• Pimpinan merasa seperti mentor, bahkan mungkin berlaku seperti orang tua.
• Organisasi ditopang oleh loyalitas dan tradisi secara bersama-sama
• Organisasi menekankan pentingnya manfaat jangka panjang dalam pengembangan individu dengan tetap menjaga moral dan kekerabatan
• Sukses diartikan sebagai suasana internal yang nyaman dan saling peduli
• Organisasi sangat menghargai tim kerja, partitisipasi dan konsensus

Budaya Herarkhi

• Dicirikan dengan formalitas dan strukturisasi tempat kerja.
• Karyawan / staf bekerja berdasar prosedur baku
• Pimpinan yg efektif berperan sbg koordinator dan pengorganisir yg baik
• Memelihara kelancaran pengelolaan organisasi menjadi hal penting
• Stabilitas, efisiensi dan arah yg terkendali merupakan arah jangka panjang
• Aturan formal dan kebijakan menopang secara bersama-sama

Budaya Pelayanan

• Betul-betul tempat bekerja dengan orientasi hasil
• Persaingan keras dan banyak tuntutan
• Perhatian (staff à lembaga, v.v) dan keunggulan sebagai perekat yang menopang organisasi
• Arah jangka panjang adalah kegiatan yg kompetitif dan pencapaian tujuan & target secara langsung
• Sukses diartikan sebagai penguatan TG dan perluasan program
• Penting untuk memenangkan kompetisi dan kedekatan dengan TG


Budaya Adhokrasi

• Tempat kerja yang dinamis, kreatif dan semangat kewiraan usaha (enterpreunership) yang tinggi.
• Orang suka mengambil resiko dan prihatin
• Kepemimpinan yang efektif adalah visioner, inovatif dan berani mengambil resiko
• Perekat utama yang menopang organisasi adalah komitmen untuk berani mencoba dan inovasi
• Menekankan pentingnya penguasaan pengetahuan baru, produk pelayanan lembaga
• Kesiapan untuk berubah dan menghadapi tantangan baru adalah penting. Arah jangka panjang adalah pertumbuhan yang cepat dan penguasaan sumberdaya
• Sukses diartikan dapat menghasilkan sesuatu yang unique dan asli dalam pelayanan

Doa Seorang Pemimpin

DOA SEORANG PEMIMPIN

Tuhan,
Engkau katakan bahwa setiap orang yang ingin menjadi pemimpin harus belajar menjadi pelayan.
Saya merasa sulit untuk menerima kenyataan itu.
Seringkali aku lebih suka bermimpi mempunyai rumah mewah dengan banyak pelayan, menjadi terkenal dan menjadi seorang juara.
Seringkali aku tidak ingin menjadi pelayan.
Ajarlah aku, mengapa Engkau menjadi pelayan untuk semua orang?
Ajarlah aku, mengapa para pemimpin besar, yang telah menghasilkan hal-hal yang besar, adalah orang-orang yang mengetahui bahwa memimpin adalah melayani.
Doronglah aku untuk mulai memimpin dengan menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka dan berjuang membantu mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka.
Amin.

Group - Centered Leadership

GROUP-CENTERED LEADERSHIP


“The Field Theory “ of Lewin melahirkan semacam kepemimpinan yang bersifat ‘person-oriented’ dan ‘group-centered’. Hal itu menuntut bahwa pemimpin, agar mampu membantu proses belajar dan berkembang, sepenuhnya memahami kenyataan subjektif para pelajar, karena ia mengkait pada kenyataan objektif.
Filsafat yang terpusat pada kelompok menjunjung tinggi keyakinan bahwa kelompok yang paling effektif adalah yang anggota-anggotanya menyumbangkan usaha maksimalnya, sehingga menjamin kebebasan kelompok untuk merencanakan dan memutuskan bagi hidupnya. Maka fasilitator harus berusaha keras untuk menarik partisipasi, mendengarkan dengan rasa hormat kepada setiap sumbangan, dan mendorong masing-masing anggota melakukan hal yang sama satu terhadap yang lain.
The group-centered leader merupakan kebalikan langsung dari seorang otokrat, yang menjalankan kontrol maksimum atas kelompok demi tujuannya sendiri dan mengabaikan tanggung jawabnya bagi hak kelompok untuk berkembang dan memiliki kebebasan. Group-centered leader bukan sorang abdikrat, yang melepaskan tanggung jawab atas kelompok dan tidak mengacuhkan kebutuhan kelompok.
Fasilitator kelompok merupakan pemimpin sesaat yang melihat bahwa kepemimpinan atas kelompok bukanlah milik atau fungsi khusus seseorang, tetapi diserahkan olehkelompok pada anggota tersebut yang pada saat ini paling sesuai dengan kebutuhan. Perubahan penting dan berlaku lama harus dimulai oleh kelompok, bukan fasilitator. Akibatnya, ia berusaha melepas status khusus yang diberikan oleh kelompok, dan menghindari dimanfaatkan oleh kelompok sebagai satu-satunya nara sumber utama. Group-centered leader tidak siap menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberi pemecahan, tetapi pertama-tama mengundang anggota-anggota sendiri untuk membicarakan masalahnya. Fasilitator dapat berp[artisipasi di dalam membuat keputusan tanpa mendapat keistimewaan kelompok atas sumbangannya.
Group-centered leader menggunakan bakat-bakatnya untuk disumbangkan demi kesejahteraan orang lain; menghormati semua orang, khususnya kaum miskin dan kurang beruntung; mendengarkan, bersimpati, dan memberi empati; dan membangkitkan kemampuan-kemampuan orang lain. Sebagai orang Indonesia, ia bangga, sangat sadar akan kemampuan-kemampuan batin orang Indonesia untuk berubah. Ia memperlengkapi kemampuan orang untuk menghargai asal-usul mereka, membantu di dalam perjuangan demi kebebasan dari segala macam dominasi. Sebagai orang beriman, pemimpin kelompok yakin akan adanya kekuatan transenden yang hadir dalam kehidupan setiap orang.
Keyakinan dasar lain dari person-oriented facilitator adalah bahwa perubahan akan terjadi secara paling effektif dalam suasana yang tidak mengancam, saling menerima, dan bahwa tingkah laku demokratis tidak dapat diajarkan dengan cara-cara non-demokratis, tetapi hanya dengan mengalami demokrasi dalam tindakan.

Kepemimpinan Dari Dalam

KEPEMIMPINAN DARI DALAM

Catatan :
1. Kepemimpinan + ketrampilan presentasi = sukses. Untuk menyajikan presentasi yang mantap, Anda harus ‘terkaitkan’ dengan pesan Anda. Anda harus menggiringnya dari dalam batin ke luar, merasakannya, menghayatinya, dan mengungkapkannya dengan penuh perasaaan.
2. Pemimpin yang berpengaruh adalah pemimpin yang memimpin dari ‘dalam’
3. Pemimpin yang berpengaruh muncul dari pemahaman diri sendiri. Presentasi yang kuat muncul dari ekspresi diri secara efektif. Salah satu cara terbaik untuk menjadi seorang pemimpin adalah dengan mempelajari apa yang telah dikerjakan oleh pemimpin lain – dan kemudian melaksanakannya sendiri.

I. PENGERTIAN – TUJUAN – PERANAN NILAI

A. Pengertian

Kepemimpinan pertama-tama adalah ‘tugas batin’. Orang harus mampu memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.
Seperti seorang inventor, kita harus mempunyai visi akan produk baru dan sekaligus mempunyai kemampuan untuk membuatnya.
 Seperti seorang explorer kita perlu mengerti adanya suatu ‘tanah baru’ dan menunjukkan kepada orang lain bagaimana dapat sampai ke sana.
 Seperti seorang ‘coach’ kita harus mengenali bakat-bakat dalam diri orang-orang sekitar kita dan bekerjasama dengan mereka untuk menciptakan hasil gemilang bagi seluruh tim.
Atau, seperti seorang manager hebat, kita harus menarik yang terbaik dari diri kita sebelum kita dapat melakukannya untuk orang lain.

Kepemimpinan dari batin ini disebut kepemimpinan dari dalam.
Kepemimpinan berarti menciptakan diri yang lebih baik dan lebih kuat : kualitas, nilai-diri, sikap ekselens.

BEBERAPA SIFAT PEMIMPIN-DARI-DALAM :
1. Leadership is about people. Bukan soal sistem manajemen, penjualan dan jumlah. Yang penting apakah saya lebih puas ? Apakah orang-orang lain menjadi lebih merasa kuat dan bahagia ? Apakah hidup terasa lebih baik ?
2. Leadership is about being the leader of you. Temukan visi Anda sendiri, terjemahkan dalam tindakan, dan Anda akan menjadi pemimpin bagi orang lain dengan sendirinya. Ini adalah soal hidup Anda sendiri. Jangan hidup menurut patokan orang lain.
3. Leadership is about internal motivation. Kita bergeser dari pendekatan ‘perintah dan kontrol’ ke pendekatan yang ‘melatih dan mengkokohkan’
4. Leadership is about striving for perfection, while accepting our imperfection. Menjadi pemimpin berarti menerima bahwa kita adalah manusia, dengan kelemahan dan kekuatannya. Sebuah survei atas seratus perusahaan tertinggi yang dijalankan oleh para pendiri aslinya menyatakan bahwa para pengusaha tersebut pernah mengalami kegagalan rata-rata tujuh kali sebelum sukses.
5. Leadership is about making conscious to bring about positive change.
 Tataplah dengan jernih kehidupan Anda sekarang. Apakah sesuai dengan harapan Anda ? Apakah Anda dapat bahagia dengannya ? Apakah Anda merasa cukup berprestasi ? Bagaimanakah orang-orang sekitar Anda ?
Apa yang ingin Anda alami ? Apakah Anda siap untuk mencoba sesuatu yang baru ?
Pertimbangkan untuk mengganti apa yang tidak jalan. Bersediakah Anda ?
6. Leadership is about having confidence. Dengan sadar memilih untuk berubah, Anda harus percya bahwa hal-hal yang lebih baik dapat dicapai. Banyak orang kuat memimpin menyatakan pandangan mereka, atau menjadi berbeda. Usahakan membangun kepercayaan diri Anda.
7. Leadership is about growth. Semua kemajuan berarti melewati apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Selalu saja ada kepemimpinan di dalam setiap penemuan baru yang terjadi. Bila Anda tetap berkembang, Anda adalah seorang pemimpin.
8. Leadership is about having energy. Sebagian besar pemimpin mempunyai energi yang sangat besar. Tingkat energi Anda datang dari pikiran dan perasaan Anda. Bila Anda mengharapkan kebaikan terjadi atau percaya akan masa depan yang positif, Anda akan memiliki tingkat energi yang lebih tinggi.
9. Leadership is about creating a positive experience. Kita ingin merasa nyaman dengan diri sendiri. Kita ingin merasa menguasai, berkuasa, dan bergairah atas apa yang ada di depan kita. Mungkin ini kedengarannya gila … tetapi sekaranglah waktunya untuk membuat hidup Anda terasa begitu lagi. Ciptakan perubahan di tempat kerja, di rumah, dengan teman. Buatlah hidup Anda penuh dengan humor, gairah, spontan atau pilihlah hal-hal yang memotivasi Anda untuk berbuat lebih banyak. Bagaimanapun, Anda dapat memilih untuk menjadi bosan – atau Anda dapat memilih untuk bergairah.
10. Leadership is about creating result – with integrity. Visi adalah penting. Tetapi itu tidak cukup. Kepemimpinan yang benar menyangkut kemampuan untuk mengubah visi dan menjadi hasil.
Namun janganlah melakukannya dengan mengorbankan segalanya. Lakukanlah sehingga Anda ‘menang’, sehingga orang lain demikian juga. Lakukanlah dengan penuh perhatian dan rasa hormat. Lakukanlah dengan integritas. Kepuasan muncul dari terpuaskannya kebutuhan dan nilai-nilai Anda. Kalau hanya salah satunya, Anda merasa tidak lengkap.
11. Leadership is about reducing fear and increasing hope. Bila Anda ingin memimpin orang lain melalui perubahan yang berarti, bahkan dalam masa-masa sulit, temukanlah cara untuk meningkatkan harapan mereka. lhami dan tunjukkan bahwa Anda peduli terhadap mnereka. Tingkatkan dasar dan rasa kepercayaan diri mereka.

B. Tujuan kepemimpinan

1. Pemimpin mencari kepuasan :
Tujuan utama kepemimpinan adalah kepuasan pribadi dan bersama. Kebahagiaan Anda merupakan ukuran utama sukses Anda.
2. Pemimpin membuat kemajuan :
Alasan kedua menjadi pemimpin adalah untuk membimbing diri Anda dari tempat Anda berada sekarang ke tempat yang Anda inginkan. Kepemimpinan berarti mempelajari apa yang memberi Anda kegembiraan, rasa damai, dan kepuasan, serta melakukannya. Bukan sendirian terpisah dari yang lain, tetapi dalam kerjasama dengan mereka. Pemimpin sejati berpikir sendiri (tidak suruhan orang lain berpikir untuknya). Mereka mengambil tanggung jawab. Mereka mempunyai motivasi batin untuk memulai proyek baru, dan mempunyai ketekunan untuk menyelesaikannya. Pemimpin mengembangkan kemampuan ketrampilan yang luas dan kemampuan untuk menyelesaikan banyak tugas.
Pemimpin yang baik mengetahui bahwa semua kepentingan saling terkait. Mereka mendengarkan dengan baik. Mereka melihat apa yang dibutuhkan orang lain. Mereka membantu orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Dengan mengembangkan kualitas-kualitas tersebut, Anda akan lebih bernilai bagi organisasi Anda. Anda akan lebih bahagia dengan diri Anda sendiri. Orang lain akan senang jika Anda ada di dekat mereka. Apakah Anda bekerja untuk diri Anda atau untuk orang lain, Anda akan lebih sukses.
3. Pemimpin menciptakan hasil
Sikap dan tingkah laku merupakan ‘kendaraan’ yang mengantar kita ke tujuan yang kita inginkan, ‘sarana’ yang kita gunakan untuk menciptakan hasil. Sikap adalah cara Anda berpikir dan merasa. Tingkah laku adalah apa yang Anda lakukan untuk mengungkapkan sikap tersebut di dalam hidup Anda. De fakto, sebenarnya tidak mungkin mengubah sikap orang. Anda hanya dapat mempengaruhinya. Tekanan atau rasa bersalah mungkin menyebabkan perubahan jangka pendek. Tetapi, untuk jangka panjang, Anda harus menolong orang lain untuk menciptakan suatu gambaran batinnya sendiri. Bantulah dia untuk melihat tujuan hidupnya dan bagaimana perasaannya. Kemudian tunjukkan sikap dan tingkah laku mana yang paling sukses untuk mencapai hasil-hasil yang dicarinya. Tetapi sikap – pikiran dan perasaan Anda – lebih sulit untuk diubah. Mengubahnya, berarti mengubah cara memandang kehidupan.

C. Peranan Nilai

Di dalam tekanan kehidupan, seorang pemimpin-dari-dalam tetap dalam kontrol diri berkat nilai-nilai yang dipegangnya. Kita masing-masing membutuhkan sesuatu yang bersifat batiniah untuk mengarahkan hidup kita; untuk memberi kebijaksanaan, harapan dan keberanian sewaktu keadaan menjadi berat dan sulit. Pegangan batin tersebut dapat berasal dari kepercayaan religius atau dari etika, atau moral, atau nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Anda.

Nilai memberikan :
Dasar- bagi perkembangan dan memperkembangkan kebijaksanaan
Pedoman-sesuatu yang menjadi acuan
Kepercayaan diri-untuk mengetahui apa yang benar
Bimbingan-untuk mengetahui jalan mana yang harus dipertimbangkan
Kedamaian batin-suatu rasa aman dan terjamin
Kekuatan-utama yang dapat Anda andalkan
Kepastian-di tengah-tengah perubahan
Kesinambungan-sesuatu yang berlangsung terus
Namun- nilai bukanlah sesuatu yang mandeg atau tidak terpertanyakan

Lima langkah menuju kepemimpinan :
1. Mengenal Diri
2. Mempunyai Visi dan Passi
3. Ambil resiko
4. Berkomunikasi secara efektif
5. Mengecek Kemajuan dan Hasil

II. MENGENAL DIRI

A. Memahami Memotivasi Sendiri

Ingat, tujuan kepemimpinan :
Menjadi lebih puas, kemajuan dari tempat Anda berada ke tempat yang diinginkan, menjadi lebih efektif dalam mencapai hasil.
Apa yang Anda yakini :
Manusia selalu bertindak dan merasa berpenampilan sesuai dengan apa yang dibayangkannya benar mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Maka kiranya perlu menyadari dan merumuskan mengenai diri sendiri dan lingkungannya.
Sudahkah Anda menentukan masa depan Anda :
Pilihan adalah suatu keputusan yang mantap dan sadar yang mengarah ke sikap dan tingkah laku yang baru. Anda mulai mengatakan tidak atas apa yang tidak Anda inginkan – dan ya kepada yang Anda setujui.
Pilihan Anda mempengaruhi orang lain :
Kemampuan kita untuk mempengaruhi orang lain jauh lebih besar daripada yang kita sadari. Sebagian besar dari kita biasanya saling mengikuti bimbingan orang lain. Orang lain dipengaruhi oleh energi, kata-kata, dan tindakan Anda.
Pilihan Anda menarik orang lain kepada Anda :
Sewaktu Anda membuat pilihan yang mantap, Anda mulai menarik orang lain dengan tingkah laku Anda. Orang biasanya mencari seseorang yang berpikiran sama, seseorang yang dapat mengeksresikan apa yang tidak dapat diungkapkannya sendiri. Dan Anda menjadi pemimpin.

Tahukan Anda akan apa yang Anda inginkan dan butuhkan :
Pentinglah unutk membuat pilihan-pilihan kecil untuk menyelesaikan konflik-konflik dari dalam diri kita. Dengan melakukan pilihan-pilihan kecil, pilihan-pilihan besar dalam hidup menjadi lebih mudah.
Membuat keputusan :
Lebih baik membuat keputusan salah daripada tanpa keputusan. Baik saja menganalisa keadaan; dan baik juga mendengarkan perasaan batin. Keputusan terbaik merupakan kombinasi dari keduanya.
Kekuatan citra diri :
Yang kita yakini sebagai benar mempunyai pengaruh pada bagaimana kita merasa dan bertindak. Bagian dari kepemimpinan adalah membongkar semua penghalang dalam berpikir, sehingga orang lain dapat mengikuti kita.
Citra diri dipelajari :
Citra diri diberikan kepada kita oleh lingkungan kita. Namun, kita juga dapat membatalkan atau menggantinya. Ini menyangkut perluasan gambaran Anda mengenai apa yang mungkin di dalam kehidupan.
Bagaimana mempelajari citra diri :
Tataplah diri Anda jernih-jernih, putuskan citra diri mana yang Anda inginkan, genggamlah ‘gambar’ itu dan hayatilah, carilah orang yang mempunyai gambaran yang sama.
Bagaimana belajar mengenai diri sendiri :
Pertama perhatikan orang, kemudian diri sendiri, kenali bakat-bakat dan ketrampilan Anda.

B. Macam-macam Kepribadian

1. Analitis : Juga dikenal sebagai melankolis, pemikir, ‘processor’.
Kekuatan : rasional, teliti, disiplin; ingin menjadi tepat, dan menuntut ketepatan dari orang lain; senang angka, statistik, ide; menyukai detil; cenderung introvert dan menyembunyikan perasaan.
Kelemahan : mengabaikan perasaan dalam membuat keputusan; suka kebablasen; perfeksionis; terlalu kaku atau menuntut diri sendiri/orang lain; takut kehilangan muka.
Saran : perbanyak bicara dan senyum; tunjukkan penghargaan dan minat pribadi; rileks, bagilah informasi dan terbuka terhadap orang lain.
Ingat : antusiasme tidak akan membunuh Anda !
2. Amiable : juga dikenal sebagai flegmatik, perasa, penolong, disenangi interpersonal.
Kekuatan : Suka bersahabat, senang membantu dan memperhatikan orang lain, menghargai saran orang lain, sabar, diplomatis, cenderung introvert, cenderung menunjukkan emosi.
Kelemahan : cenderung menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain; tidak mempunyai batas waktu; banyak tidak selesai; tidak tegas atau langsung; takut kehilangan kepercayaan atau berselisih dengan orang lain.
Saran : gerak cepat dengan orang-orang ‘cepat’, perlu lebih banyak bicara, kurangi mendengarkan; kadang-kadang ambil kendali; bersikaplah tegas; beranilah ambil resiko.
3. Driver : juga sebagai kolerik, direktur, manusia aktif, boss, petingkah.
Kekuatan : independen, tegas, yakin, hemat waktu, menghargai hasil, suka pegang kendali, ambil tanggung jawab, melakukan hal-hal menurut caranya sendiri, ekstrovert, tidak suka menunjukkan emosi.
Kelemahan : Sulit kerjasama dengan orang lain; tidak mau bersusah-susah mempertimbangkan perspektif lain; mendominasi, terlalu terfokus pada menjalankan menurut ‘cara saya’; takut kehilangan kekuasaan.
Saran : kurangi kecepatan dengan orang-orang ‘lamban’; beri waktu untuk mendengarkan ide-ide orang lain; tahan diri untuk tidak mendominasi; lepaskan kendali-kendali tertentu; tunjukkan kesabaran dan bertindak lebih santai.

4. Expressive : juga dikenal sebagai sanguinis, intuitif, pemuka, impulsif, afektif.
Kekuatan : komunikator yang baik, antusias, imaginatif, menghargai apresiasi, tepukan, sentuhan di punggung, senang pertemuan sosisal dan pesta, suka memberi inspirasi orang lain, ekspresif, suka menunjukkan emosi pada orang lain.
Kelemahan : terlalu banyak bicara, terlalu bersemangat, pemimpi, tidak realistis; takut ditolak.
Saran : perlu lebih mendengarkan; kurangi kecepatan; rileks; tulislah hal-hal yang penting; tentukan tujuan khusus; periksa detil dan tetap tenang; belajarlah berkonsentrasi.

III. MEMPUYAI VISI DAN PASSI

A. Memimpin dengan Visi

Visi adalah gambaran mental mengenai masa depan. Ide mengenai apa yang mungkin tetapi belum terjadi. Sekurang-kurangnya ada tiga macam visi :
1. Masa depan yang mungkin terjadi: apa yang dapat diharapkan terjadi kalau kita meneruskan yang sekarang.
2. Masa depan yang diinginkan: apa yang sangat kita inginkan terjadi.
3. Masa depan yang hancur: apa yang dapat terjadi bila semuanya semakin jelek atau sesuatu yang benar-benar jelek terjadi.

Kepemimpinan berkaitan dengan ketiga macam visi tersebut. Dengan melihat arah kita, kita memutuskan mau ke mana, sambil menghindari masalah dan bencana yang dapat menimpa kita.

Setiap orang mempunyai visi, karena essensial bagi kehidupan. Visi merupakan alat yang digunakan orang yang ingin menciptakan sesuatu. Tetapi visi sangat penting bagi pemimpin.
Visi melibatkan logika dan intuisis, pikiran dan perasaan, pengalaman masa lampau dan kemungkinan masa depan; hal-hal praktis dan hal-hal ‘yang tidak mungkin’. Visi dapat muncul dengan pencerahan yang membutakan, tetapi umumnya muncul dari cara-cara berpikir kita yang biasa. Visi terutama menyangkut visi positif dan membuatnya nyata.
Visi penting untuk menciptakan kenyataan kita, menunjukkan arah, membantu memenuhi keinginan, memberi arah baru, membantu membuat putusan dan pilihan tertentu, memberi motivasi dan inspirasi untuk jalan terus, memberi fokus, etc.

B. Memimpin dengan Passi (sepenuh hati)
Passi dapat dideskripsikan secara berbeda-beda : cita, motivasi, inspirasi, perhatian. Passi adalah perasaan. Setiap orang mempunyai dua sisi : pikiran dan perasaan; visi dan passi. Keduanya penting bagi pemimpin-dari-dalam.
Bila motivasi datang dari dalam batin, Anda akan dan dapat melakukan hampir segala hal. Passi lebih kuasa daripada kekuatan, dan keinginan lebih kuasa daripada kekuatan kehendak.
‘E-motion’ adalah energi dalam gerak. Tetapi seperti listrik, kalau tidak dinyalakan, tidak akan berguna. Pemimpin-dari-dalam menyalakan energi tersebut. Aliran batin dari perhatian dan cinta. Keinginan untuk mengungkapkan dan mencipta.
Hal yang tidak disadari banyak orang mengenai energi adalah bahwa kita harus menggunakannya untuk memilikinya.
Passi selalu kita miliki, tetapi dapat terkubur atau tertidur. Untuk menyalakan kembali passi, mulailah dengan mengingat visi, mengenal diri, maksud dan tujuan.
Passi penting karena merupakan energi yang menggerakkan seseorang dari dalam; memberi daya kehidupan; menyebabkan visi terwujud; menyebabkan komitmen; membuat efektif, etc.


IV. AMBIL RESIKO

A. Memimpin dengan Visi
Mengambil resiko berarti memutuskan melakukan sesuatu yang tidak dirasa mantap, untuk mencapai tujuan yang dicarinya. Misalnya, mengekspresikan diri, padahal takut akan apa yang menjadi reaksi orang.
Ambil resiko selalu melibatkan ketakutan : takut gagal, kalah, kritik, dipermalukan, atau sakit. Dalam arti tertentu, seolah-olah mempertaruhkan kehidupan seseorang. Ambil resiko bukannya tanpa ketakutan. Ambil resiko menyangkut keinginan besar untuk mencapai tujuan sehingga bersedia untuk menghadapi ketakutan dan tetap melakukannya.
Ambil resiko penting, karena : menghasilkan tindakan memperbaiki hasil, meningkatkan harga diri dan harapan, meningkatkan kesempatan untuk sukses, mengetahui apa yang jalan, etc.
Tindakanlah yang membuat visi menjadi nyata di dunia ini. Tindakan menuntut keputusan, energi, keteguhan, dan kepercayaan. Jangan salah; jalan yang panjangnya satu ribu kilometer mulai dengan satu langkah, tetapi masih membutuhkan banyak langkah untuk mencapai tujuan. Maka perjelaslah mengenai apa yang ingin Anda lakukan; kemudian lakukanlah sedikit demi sedikit. Tindakan setiap hari, dalam arah yang jelas, akan membawa Anda ke tujuan Anda.
Yang menjadi penghalang pengambilan resiko: takut kritik, menolak perubahan, tidak ada visi dan tujuan, tanpa keinginan atau motivasi, kegagalan menilai diri, perasaan batin yang negatif, kegagalan masa lampau, tidak sabar.

V. KOMUNIKASI

A. Pemimpin sebagai Komunikator
Komunikasi : pertukaran informasi dan perasaan yang menyebabkan saling pengertian. Seberapa baik Anda berkomunikasi akan mempengaruhi sukses Anda dalam hidup dan pekerjaan; dalam pendidikan, pergaulan, keluarga dan relasi.
Kepemimpinan menyangkut pertumbuhan menjadi semakin puas dan membantu orang lain. Kepemimpinan-dari-dalam menyangkut kemitraan, dan kemitraan tergantung pada komunikasi, nilai dan dasar bersama.
Cara memperbaiki komunikasi: sikap dan tingkah laku mempengaruhi hasil Anda; komunikasi tergantung pada pengenalan diri dan orang lain; berbicara mengenai visi dan passi; ambil resiko dalam komunikasi Anda.

B. Komunikator sebagai pembicara
Pembicara yang baik mempunyai sejumlah dari kualitas berikut :
Intelgensi, kejelasan, logika; antusiasme, passi; nilai, kemanusiaan, bela rasa, humor, lancar, menikmati, perasaan, kemampuan untuk menggerakkan pendengar.
Orator yang baik dikenang karena pesannya mendalam, dan mampu menggerakkan pendengar ke arah ide, perasaan, dan tindakan baru.

Lima unsur pokok untuk menjadi pembicara efektif :
1. Tuturan (speech): adalah apa yang Anda katakan, kata-kata yang Anda gunakan untuk menyampaikan ide; mempuyai tiga fungsi, yaitu memberi informasi, menghibur dan menyentuh emosi hadirin, menggerakkan hadirin untuk bertindak.
2. Bahasa tubuh: terutama dikomunikasikan lewat kepala, khususnya mata, bulu mata, alis dan mulut.
3. Perlengkapan : slide, OHP, etc.
4. Lingkungan: ruangan yang nyaman.
5. Persiapan

Penghalang komunikasi :
Takut, tujuan yang tidak jelas, persiapan terlalu pendek, perasaan, kegagalan unutk menjadi diri sendiri, terlalu peduli diri, malas belajar ketrampilan komunikasi.

VI. MENGECEK KEMAJUAN DAN HASIL

A. Mengukur kemajuan dan memahami sukses
Kemajuan adalah tahap yang lebih dekat dengan tujuan. Perubahan, atau perbedaan, tempat antara tempat dimana Anda mulai dan sekarang berada. Hasil adalah buah dari sikap dan tindakan. Keuntungan dari usaha dan buah dari kerja Anda. Sukses menyangkut pencapaian tujuan Anda – dan menikmati perjalanannya. Maksud dari tujuan atau maksud adalah membuat kemajuan secara sengaja menuju sesuatu yang kita hargai. Kita kemudian menggunakan sikap dan tingkah laku – gagasan, perasaan, bakat, ketrampilan, dan saran kita – untuk mencoba menciptakan hasil yang kita inginkan.
Pengukuran penting karena menunjukkan dimana kita sekarang (dibandingkan pada awal dan tujuan akhir); menunjukkan apakah kita benar-benar mengarah tujuan; memungkinkan mengadakan perbaikan selama dalam proses.

B. Pendekatan menyeluruh untuk menciptakan hasil
Bagaimana memperbaiki hasil :
1. Perjelas tujuan/visi
2. Ukur dan cek
3. Gunakan arus dasar terpadu
4. Belajar dari hasil
5. Mulailah sekarang
6. Bertekun
7. Tinggalkan yang tidak jalan
8. Hargailah kemajuan Anda
9. Belajarlah dari para pakar
10. Perbaikan terus menerus

VII. SARAN KHUSUS

Lima langkah kepemimpinan pribadi dan profesional


PERSONAL CORPORATE/ORGANIZATIONAL
1. Kenali Diri
Kenali nilai Anda – apa yang benar-benar penting bagi Anda
Kenali kekuatan/kelemahan Anda
 Kenali dimana Anda memerlukan pertolongan/ketrampilan orang lain – temukan orang-orang dengan bakat itu 1. Kenali Perusahaan Anda
Kenali apa yang sedang terjadi dalam perusahaan atau industri Anda
Kenali kekuatan dan kelemahan perusahaan Anda
Kenali orang-orang Anda – bukan hanya fakta, tetapi apa yang menjadi keprihatinan mereka.
2. Temukan Visi dan Passi Anda
Lihat dengan jelas apa yang ingin Anda peroleh dari hidup – bagi Anda, keluarga, bisnis masyarakat
Pikirkan mengenai kemungkinan, bukan hanya yang ada sekarang
Apapun yang Anda lakukan, lakukan dengan antusias, gembira, energi 2 Temukan Visi dan Passi Perusahaan Anda
Kenali missi perusahaan; milikilah; perjuangkanlah
Pastikan visi Anda sesuai dengan visi perusahaan Anda (kalau tidak, keluar)
Lihat dalam organisasi Anda – siapa yang memberi motivasi/inspirasi pada Anda
Temukan passi tertentu bagi visi perusahaan; bagikan dengan orang-orang sekitar Anda.
3. Ambil resiko
Lakukan hal-hal yang berani; ambil langkah menuju daerah tak dikenal
Ambil resiko untuk kelihatan bodoh dan tidak selalu sempurna
Ambil resiko untuk menjadi rentan, terus terang, emosional, manusiawi
Percayai intuisi/perasaan Anda
Ambil keputusan dan tindakan 3. Ambil resiko
Katakan kebenaran
Pertahankan nilai, prinsip dan integritas Anda
Berperasaanlah, bahkan bila orang lain tidak demikian
Ambil tanggung jawab pribadi demi sukses perusahaan
Ambil keputusan dan tindakan
4. Komunikasikan dengan Efektif
Ungkapkan ide dan perasaan Anda; biarkan Anda didengar dan dilihat
Anda ‘berdiri sendiri’ sewaktu berbicara – pelajari kemampuan presentasi dan perkembangan kepercayaan diri
Pelajari kemampuan menulis
Praktekkan setiap ada kesempatan
Komunikasikan sehingga pendengar memahami dan menangkap yang Anda katakan 4. Komunikasikan dengan efektif
Langsung. Katakan yang sebenarnya
Bagikan visi Anda mengenai apa yang mungkin dan bagaimana dilaksanakan
Pastikan orang lain menangkap bagaimana menerapkan ide Anda untuk membuat mereka maju
Carilah umpan balik
Tanyailah orang-orang apa yang mereka rasa dan pikir
Angkatlah orang lain dengan memuji mereka

5. Mengecek kemajuan dan Hasil Anda
Periksalah mana yang jalan dan mana yang tidak
Bagaimana perasaan Anda tentang hidup Anda ? Itu adalah tanda yang baik apakah jalan atau tidak
Periksalah sikap dan tingkah laku Anda; tanyakan ‘apa yang berperan bagi kemajuan saya ; apa yang merintanginya ?’
Pastikan Anda punya tujuan atau visi untuk memusatkan energi Anda.

5. Mengecek kemajuan dan Hasil perusahaan Anda
Perikasalah apa yang jalan dan apa yang tidak
Apakah sesuatu tidak jalan, ambil tindakan untuk mengoreksinya
Semakin Anda ambil kepemimpinan, semakin banyak yang dipercayakan pada Anda
 Sumbang bagi kemajuan orang lain – rekan-kerja, pelanggan, pemegang saham; semakin menguntungkan orang lain; semakin untung pula Anda.



Disarikan dari :
Peter Urs Bender, Leadership From Within
Oleh : Dr. P. Hardono Hadi
11 September 1998

Pilar Kepemimpinan Komunitas

PILAR KEPEMIMPINAN KOMUNITAS
Pilar-pilar Kepemimpinan Komunitas

Sukses Serikat Jesuit dalam kepemimpinan berbasis komunitas telah menjadi inspirasi bagi banayak lembaga dan korporasi di zaman modern. Dalam kalangan individu, kelompok ini juga telah menjadi inspirasi untuk inovasi bagi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, teolog, diplomat, activist HAM, musisi, pembuat peta, pelobi, penulis buku anak-anak dan lain-lain.

Mengapa dia menyebut kelompok itu sukses? Dia memperlihatkan dengan menyebutkan sejumlah tokoh yang lahir dari kelompok itu seperti salah satu tokoh penjelajah Benedetto de Goes, ahli linguistik Matteo Ricci, serta pakar matematika serta astronomi Christopher Clavius.

Kelompok ini juga memiliki banyak tokoh-yang menjadi inspirasi untuk inovasi bagi pihak lain-di berbagai bidang seperti pendidikan, teolog, diplomat, aktivis HAM, musisi, pembuat peta, musisi, pelobi, penulis buku anak-anak, dan bidang lainnnya termasuk penghasil meriam.

Bukan ini saja, kelompok itu sangat dipercaya pada zaman klasik oleh monarki Eropa, Dinasti Ming (China), Shogun Jepang, Kekaisaran Mughal di India, dan menjadi kelompok yang tidak tertandingi oleh siapa pun dari korporasi bisnis, organisasi keagamaan, hingga badan-badan pemerintah.

Sukses kelompok ini juga tidak hanya terlihat dari eksistensi perusahaan yang bertahan hingga kini dengan keberadaan 21.000 personel yang mengelola 2.000 lembaga (terutama pendidikan) yang berada di lebih kurang 112 negara dan di semua benua. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas milik Jesuit terus mencetak pemimpin di banyak bidang di dunia ini. Misalnya, ada 40 alumnus Jesuit yang kini duduk di Kongres AS. Pemimpin lain hasil didikan Jesuit adalah mantan Presiden AS Bill Clinton, aktor AS peraih Oscar Denzel Washington, Presiden Meksiko Vicente Fox, Pemimpin Kuba Fidel Castro, mantan Presiden AS Francois Mitterand, mantan Ketua NBC yang kini menjadi Ketua Sony Corporation Robert C Wright, mantan PM Kanada Pierre Trudeau, dan banyak lagi.

ADA yang sangat unik dari Heroic Leadership. Dia tidak fokus pada apa yang seharusnya dilakukan pemimpin, tetapi siapa itu seorang pemimpin. Dia juga tidak membahas soal figur seorang pemimpin yang mengomandoi sebuah organisasi. Bahkan menurut Lowney, sistem komando dan kontrol di dalam sebuah organisasi justru menjadi persoalan, dengan catatan jika perusahaan hanya mengutamakan komando dan kontrol itu sendiri.

Dia mengatakan itu berdasarkan analisis historis tentang sepak terjang Jesuit selama 450 tahun lebih. Dari analisis itu, dia menyimpulkan Loyola beserta sembilan rekannya yang masuk dalam kelompok yang terdiri dari 10 orang adalah peletak dasar kepemimpinan Jesuit. Ke-10 orang itu sudah tiada sejak lama, namun kepioniran Jesuit tetap muncul dan berlanjut.

Hebatnya lagi, kelompok itu pada awalnya tidak punya modal dan tidak pula punya perencanaan bisnis (business plan). Namun, organisasi yang berdiri pada abad ke-16 ini mampu mencipratkan sinar yang jelas soal kepemimpinan. Kelompok ini memiliki corporated culture (kultur perusahaan) yang jelas yang oleh Jesuit disebut sebagai modo de proceder (cara kita melakukan banyak hal atau the way we do things).

Menurut Lowney, sebuah riset paling mendalam telah memperlihatkan bahwa lembaga yang sukses hanyalah lembaga yang memiliki corporate culture, yang memiliki kekhasan tersendiri yang sulit ditandingi pihak lain, dan budaya itu mengena serta bertahan seiring dengan berjalannya waktu.

Dengan mendalami sejarah Jesuit, Lowney menarik kesimpulan sendiri apa yang ada di balik sukses Jesuit, yang terletak pada empat pilar, yakni self-awareness, ingenuity, love, dan heroism yang diletakkan. Lowney mengingatkan, empat pilar itu bukanlah kata yang terucap secara an sich dari kelompok Jesuit, tetapi merupakan terminologi yang dia ciptakan sendiri untuk memudahkan publik mencerna kesuksesan kelompok itu.

Dengan model kepemimpinan yang disebut sebagai corportate culture itu, organisasi berjalan bukan berdasarkan atau tidak terletak pada komando dari orang yang duduk di puncak perusahaan. Sistem komando terpusat justru memiliki persoalan dengan sulitnya mengontrol cabang-cabang yang begitu banyak dan tersebar dengan jarak yang berjauhan.

Kepemimpinan, dalam pandangan Lowney, justru terletak pada setiap perorangan yang berada di dalam sebuah organisasi. Teori kepemimpinan baku, yang lebih kurang merujuk pada keberadaan seorang pemimpin puncak untuk memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu, justru dia buang jauh-jauh.

Kepemimpinan ada pada perorangan di setiap lini, di bagian mana pun, yang memegang empat pilar itu. "Saya ingin mendalami insting Jesuit bahwa kepemimpinan dan kepahlawanan ada pada kehidupan seseorang, bukan hanya milik para jenderal militer, bintang-bintang bola basket dan pahlawan sejenisnya," katanya.

Setiap orang di Jesuit memiliki self-awareness (kesadaran diri sendiri), yang mengerti kekuatan, kelemahan, memiliki nilai-nilai, dan pandangan tersendiri. Personel Jesuit juga memiliki ingenuity, yakni kemauan berinovasi dengan keyakinan dan mau menyesuaikan dengan perubahan dunia. Personel Jesuit juga memiliki love, yang mendorong seseorang berinteraksi dengan pihak lain dengan tingkah laku positif yang juga bisa membuka potensi pihak lain. Personel Jesuit juga memiliki heroisme, mengoptimalkan potensi diri sendiri dan potensi orang lain dengan dasar ambisi heroik dan disertai keinginan sendiri dan bersama-sama untuk mencapai keberhasilan.

Keempat pilar itu terletak pada masing-masing benak seseorang-secara pribadi dan sebagai profesional-yang berakar pada ide bahwa kita semua adalah pemimpin. Loyola dan rekannya menemukan lingkungan yang diwarnai "cinta yang lebih hebat ketimbang ketakutan". Mereka menempatkan harapan pada talenta setiap orang, memperlihatkan bahwa sukses berasal dari komitmen banyak orang, bukan dari komitmen seorang pemimpin tertinggi semata.

Ada yang mengatakan kepada Lowney bahwa keberhasilan Jesuit bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebabnya, serikat itu dipenuhi oleh orang-orang religius dan semuanya Katolik, serta memang sudah bertugas menjadi seorang pelayanan yang tidak memiliki pamrih apa pun sebagaimana orang awam.

Lowney dengan gampang mematahkan argumentasi itu. Apakah semua orang religius atau pastor berbuat serupa dengan Jesuit? Lalu, apakah semua organisasi keagamaan memiliki sukses serupa dengan Jesuit? Dia malah balik bertanya kepada pihak yang mencoba menempatkan Jesuit sebagai organisasi biasa dengan dasar keagamaan yang tidak perlu dikagumi.

Lowney mengatakan, pihak Jesuit sendiri juga mengatakan hal serupa bahwa Jesuit tidak istimewa karena memang kelompok itu berdiri untuk pelayanan. Namun, Lowney mengatakan bahwa Jesuit punya keunikan di dalam sistem organisasinya yang didasarkan pada empat pilar tadi.

Sejak itu dia langsung bekerja pada JP Morgan dan pernah menduduki jabatan Direktur Pelaksana JP Morgan & Co dan menduduki jabatan senior di New York, Tokyo, Singapura, dan London. JP Morgan bergerak di bidang bank investasi, berada di urutan pertama sebagai perusahaan yang dikagumi di AS berdasarkan peringkat yang disusun oleh majalah Fortune.

Ketika berada di seminari dia pernah mengajar dan belajar di lembaga pendidikan Jesuit di AS dan Puerto Rico. Dia lulus dengan predikat summa cum laude dari Fordham University, New York, yang dikelola Jesuit. Ia juga meraih gelar doktor kehormatan dari Marymount Manhattan University dan University of Great Falls.

Dia kini tinggal di New York dengan posisi sebagai Special Assistant to the President of the Catholic Medical Mission Board (CMMB), yayasan Katolik berbasis di AS yang memberi program kesehatan dan jasa kepada orang miskin di dunia. Dia sering kali mengunjungi banyak negara seperti Kenya, Afrika Selatan, Zambia, dan India.

Dua puluh persen dari royalti penjualan buku dari edisi AS disumbangkan ke yayasan yang memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan anak-anak di negara berkembang.

Dia mengaku tetap seorang religius dan masih berstatus singel dengan alasan belum mendapatkan jodoh. Ia keluarga dari JP Morgan walau mengakui beruntung hidup dengan gelimang kemewahan, namun berikrar akan memulai babak kehidupan baru untuk lebih bisa mencari duit sendiri dan memberi sumbangsih kepada pihak lain secara materi dan ilmu.

Menjalani kehidupan yang religius dan melayani masih tetap menjadi ambisinya, walau ia tidak lagi menjadi seminaris atau tidak menjadi pastor. Dengan alasan itu jugalah ia mengundurkan diri dari JP Morgan bukan karena sakit hati atau bertengkar dengan teman-temannya di JP Morgan.
Dia kini malang-melintang dengan mengunjungi berbagai negara, tampil sebagai pembicara dengan topik yang beraneka ragam seperti kepemimpinan, etika bisnis, dialog internasional soal hubungan antar-agama, mulai dari berbagai kota di AS hingga Filipina, Meksiko, Indonesia, Kolombia, dan Spanyol.
Jangan tanyakan siapa idolanya. "Dengan memilih idola bernama besar, itu hanya mematrikan opini bahwa hanya seorang bernama besarlah yang bisa melakukan sesuatu yang istimewa. Setiap orang memiliki keistimewaan dan kepemimpinan, yang bisa menghasilkan sesuatu jika dikembangkan dan didukung oleh lingkungan yang baik," katanya. (MON)

Leader Democratic Group

LEADER DEMOCRATIC GROUP
CENTERED

DUA PENDEKATAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK KECIL YANG SALING BERTENTANGAN
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

FILSAFAT DASAR

Group-Centered Leader-Guided
1. Kelompok paling effektif adalah kelompok yang anggota-anggotanya dapat menyumbangkan kemampuan maksimumnya.
2. Tingkah spontan dan kreatif anggota, dalam waktu panjang, akan sangat berguna bagi kelompok.
3. Kelompok mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan yang sehat dan mencapai solusi yang effektif terhadap masalah yang ada.
4. Kelompok dapat belajar menggunakan kemampuan masing-masing anggota bila bebas dari ketergantungan pada pemimpin formal atau otoritas lain.
5. Kelompok baru mempunyai ketrampilan dan kemampuan untuk tingkah laku yang mandiri, bertanggung jawab, tetapi takut menggunakannya.
6. Tujuan-tujuan yang ditentukan oleh kelompok, dalam waktu panjang, akan sangat menguntungkan kelompok.
7. Perubahan yang penting dan awet haruslah perubahan yang dimulai sendiri. Penolakan terhadap perubahan sering muncul dari kekuatan-kekuatan dan tekanan luar yang dibawa masuk.
8. Tujuan-tujuan demokratis tidak membenarkan cara-cara yang tidak demokratis. Tingkah laku demokratis tidak dapat diajarkan dengan metode yang tidak demokratis tetapi hanya dengan mengalami demokrasi di dalam tindakan.
9. Perubahan yang dimulai sendiri akan terjadi paling effektif di dalam wahana psikologis yang tidak mengancam dan bersifat menerima.
10. Kepemimpinan dari suatu kelompok bukanlah sifat atau fungsi khusus seseorang, tetapi dihasilkan oleh kelompok pada anggota yang paling baik memenuhi kebutuhan kelompok dengan memimpinnya di dalam arah tertentu.
11. Penyusunan suatu situasi kelompok untuk memuat “seorang pemimpin” hanyalah memberikan kepada kelompok suatu tugas tambahan, yaitu, atau mengasimilasi batas-batas yang ditetapkan oleh pemimpin atau menyingkirkan pemimpinnya (secara fisik atau psikologis) 1. Kelompok paling effektif adalah yang di dalamnya setiap anggota dapat menyumbangkan kemampuan maksimalnya.
2. Tingkah spontan dan kreatif anggota, dalam waktu panjang, akan sangat berguna bagi kelompok.
3. Kelompok-kelompok yang sudah matang mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan yang sehat dan mencapai solusi yang effektif terhadap masalah yang ada.
4. Kelompok dapat belajar menggunakan kemampuan setiap anggota dengan pertama-tama bergantung pada bimbingan pemimpin.
5. Kelompok baru mungkin tidak mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk tingkah laku yang mandiri, bertanggung jawab, maka harus diajari oleh pemimpinnya.
6. Tujuan-tujuan yang ditentukan oleh pemimpin (suatu kelompok baru) akan lebih berguna di waktu panjang, meskipun akhirnya kelompok harus menjadi cukup dewasa untuk menentukan tujuannya sendiri.
7. Perubahan dapat dibantu dengan membawa pengaruh ide, insight, dan pengetahuan pemimpin.
8. Tujuan-tujuan demokratik membenarkan penggunakan cara-cara otoritarian danmanipulatif.pemimpin harus mempertahankan otoritasnya agar dapat mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
9. Di dalam wahana yang tidak mengancam dan dapat menerima, anggota-anggota kelompok tidak cenderung berubah tanpa pengarahan tertentu dari pemimpin.
10. Kepemimpinan suatu kelompok harus diatas namakan orang yang paling mempunyai pengalaman, pengetahuan, kematangan, keterampilan, insight, etc.
11. Suatu situasi kelompok seharusnya selalu disusun sedemikian rupa sehinggga memuat “seorang pemimpin”. Kelompok-kelompok menuntut struktur, yang tanpanya akan membuat mereka gelisah.

TINGKAH LAKU UTAMA

GROUP-CENTERED
LEADER-GUIDED
1. Mengijinkan kelompok untuk mendiagnose kebutuhannya sendiri. Mencoba untuk memperlancar komunikasi di dalam kelompok selama proses ini.
2. Mengijinkan kelompok untuk merencanakan pengalamannya sendiri. Mencoba membantu komunikasi dalam proses itu.
3. Tidak mau membuat keputusan untuk kelompkl, kecuali keputusan yang membantu anggota-anggota mengumpul untuk pertama kalinya.
4. Persiapan melibatkan mengerjakan hal-hal yang memperbaiki sumbangannya bagi kelompok.
5. Mencoba melepas kedudukan istimewanya sehingga ia dapat ambil bagian di dalam pengambilan keputusan tanpa memperoleh perlakuan istimewa dari kelompok.
6. Menyerahkan tanggung jawab kepada masing-masing anggota untuk berpartisipasi. Mencoba mem-bantu kelompok mengembangkan suasana yang bebas dan menerima dengan bersifap bebas dan menerima.
7. Menentukan batas-batas dalam hal kemampuannya untuk menerima tindakan kelompok.
8. Bersedia memberi sumbangan uang seperti anggota yang lain. Mencoba menghindari pemanfaatan oleh kelompok sebagai satu-satunya nara sumber atau nara sumber utama.
9. Berusaha memahami keinginan explisit anggota agar dia berlaku dalam peran khusus trtentu, tetapi tidak selalu merasa dipaksa untuk itu.
10. Berusaha tidak mempengaruhi orang lain untuk melakukan peran khusus.

11. Berusaha untuk tidak berpikir mengatasi tingkat pemahaman eksplisit anggota kelompok, dan merasa bahwa hanya insight yang penting yang dicapai oleh anggota-anggota sendiri.
12. Berusaha untuk tidak dianggap sebagai “pemimpin”, karena percaya bahwa sejauh dianggap demikian, anggota kelompok tidak akan seutuhnya bebas dan sering bereaksi terhadap sumbangannya atau dengan submisif dan tidak kritis atau dengan kebencian dan penolakan.
13. Tidak mengambil tanggung jawab khusus karena melihat bahwa kelompok menilai hasil atau kemajuan kelompok
14. Mencoba melepaskan ‘peranan resmi’-nya agar dapat bebas menolak kebutuhan kelompok bergantung dan mengurangi kegelisahannya sendiri mengenai hasil dari tindakan kelompok.
15. Tidak mengambil tanggung jawab untuk mengusangi kegelisahan, menyelesaikan ketegangan, etc.
merasa bahwa unsur-unsur itu merupakan akibat interaksi kelompok yang tak terhindarkan.
1. Menemukan sebanyak mungkin kebutuhan kelompok, untuk menyediakan keadaan di mana kelompok dapat memperoleh yang dibutuhkannya.
2. Mernecanakan keadaan belajar khusus dan/atau pengalaman kelompok yang mungkin mendapat insight.
3. Membuat keputusan bagi kelompok bila kelompok nampak kurang matang untuk membuat keputusan yang tepat.
4. Persiapan melibatkan pengeraan hal-hal yang memperbaiki sumbangannya sendiri dan hal-hal yang dianggapnya diperlukan kelompok
5. Menggunakan pengaruh posisi status khususnya di dalam kelompok untuk menghasilkan keptusan atau membin\mbing kelompok dalam arah tertentu.
6. Mempermudah partisipasi dengan cara-cara langsung atau tidak untuk melibatkan setiap anggota di dalam kegiatan kelompok.
7. Menentukan batas-batas dalam hal yang terbaik bagi kelompok.
8. Menghendaki anggota kelompok menggunakannya sebagai nara sumber khusus, dan secara umum membiarkan diri digunakan oleh kelompok dalam cara ini.
9. Biasanya mengikuti keinginan kelompok agar ia memainkan peranan peran khusus atau berusaha meyakinkan mereka bahwa peran alinlah yang terbaik.
10. Sering mempengarhi atau secara langsung menggarap anggota untuk memainkan peran khusus tertentu.
11. Sering menafsirkan tingkah kelompok untuk memberi pengertian kepada anggota bahwa mereka tidak dapat mencapai sendiri.
12. Berusaha untuk tidak dianggap sebagai ‘pemimpin’, karena yakin bahwa, selama ia dianggap begitu, anggota kelompok tidak akan sepenuhnya bebas dan sering bereaksi terhadap sumbangannya atau submisif dan tidak kritis atau dengan permusuhan dan penolakan.
13. Tidak mengambil tanggung jawab khusus karena tahu kelompok menilai hasil atau kemajuan kelompok.
14. Mencoba melepaskan ‘peran resmi’ agar bebas menolak kebutuhan kelompok karena tergantung dan untuk mengurangi kegelisahannya sendiri atas hasil tindakan kelompok.
15. Tidak ambil tanggung jawab khusus untuk mengurangi kegelisahan, menyelesaikan ketegangan, etc. merasa unsur-unsur itu merupakan akibat tindakan kelompok yang tak terhindarkan.

FUNGSI KHUSUS PEMIMPIN BERPUSAT KELOMPOK

Peran ini secara bertahap diambil alih oleh anggota lain bila anggota-anggota melonggarkan ketergantungan awal pada pemimpin; tetapi selama tahap-tahap awal perkembangan kelompok, peran-peran ini sering dilaksanakan terutama oleh pemimpin. Maka, fungsi atau keterampilan Pemimpin-Berpusat-Kelompok adalah:

1. Keterampilan mendengar – satu-satunya fungsi terpenting pemimpin-berpusat-kelompok karena ia mempraktekkan salah satu jenis mendengarkan yang sangat khusus dan istimewa terhadap sumbangan orang lain dalam kelompok. Kemampuan ini akan membantu partisipasi anggota melalui pengurangan bahaya evaluasi. Keterampilan ini juga membuat anggota berusaha keras untuk menyatakan ide dan pendapat mereka dengan lebih jelas; membuat anggota melepaskan sikap defensif, membuka pikiran mereka terhadap pemahaman baru, berpikir lebih fleksibel, bernalar lebih effektif; mengubah pandangan mereka sendiri daripada mempertahankan dengan keras dan keras kepala bila konflik atau kontroversi muncul dan membuat anggota saling mendengarkan dengan penuh perhatian dan lebih dengan pemahaman.
2. Keterampilan menyampaikan penerimaan – fungsi penting lain pemimpin-berpusat-kelompok, yaitu menciptakan suasana yang tidak mengancam, tidak evaluatif, dan tidak menolak. Membutuhan banyak sessi sebelum orang bersedia mulai merasa diterima dan bebas dari ancaman perubahan atau evaluasi.
3. Keterampilan menghubungkan – fungsi ini penting dalam arti bahwa pemimpin-berpusat-kelompok berusaha menangkap hubungan antara komentar-komentar terpisah atau sumbangan lepas atau tak berhubungan orang lain dan kemudian menyampaikan hubungan ini kepada kelompok. Ini membuat diskusi mengalir lancar, membangun kekuatan bila setiap sumbangan baru dihubungkan dengannya.

BAGAIMANA PEMIMPIN-BERPUSAT-KELOMPOK MELAKSANAKAN KETIGA FUNGSI PENTING ITU

1. Di dalam “fungsi mendengarkan” Pemimpin-Berpusat-Kelompok:
Pertama:
Berusaha menemukan cara memasuki proses pemikiran orang lain atau belajar bagaimana masuk ke dalam “kerangka acuan” khus orang itu. Hal ini menuntut intensi untuk memahami bagaimana seseorang memandang dunia dan bagaimana memahami hal-hal untuk:
a. menyisihkan kaca matanya sendiri sehingga ia dapat melihat kenyataan dalam cara yang sama dengan orang lain.
b. Menunda ide-idenya sendiri; dan
c. Menutup serapat mungkin caranya sendiri memandang hal-hal.

Kedua:
Pemimpin-Berpusat-Kelompok menuntut sikap tertentu:
a. ia harus bersedia memahami bagaimana pembicara memandang dunia;
b. ia harus mempunyai intensi jujur untuk “bersama dengan orang lain”, dengan rasa hormat kepada pemikiran, perasaan, dan sikap-sikap-nya; dan
c. ia berusaha hanya mendengar apa yang ada dalam kesadaran pembicara dan tidak membaca tambahan apa pun ke dalam komunikasi. Ia tidak boleh menginterpretasi atau “melampaui” apa yang dimaksud pembicara waktu itu. Ia juga tidak bolehmendengarkan untuk maksud-maksud lebih mendalam, karena “aspek-apsek tidak sadar dari komunikasi”, dan karena hal yang tidak dimaksudkan pembicara.

Ketiga:
Pemimpin-berpusat-kelompok berusaha untuk merumuskan ulang dalam bahasanya sendiri pernyataan pembicara dan kemudian mengeceknya untuk melihat apakah perumusan ulangnya dapat diterima oleh pembicara.
Itulah cara terbaik untuk menguji keterampilan mendengarkannya dan salah satu cara terbaik untuk mengurangi salah pengertian dan distorsi. Ini pada hakikatnya apa yang terus-terusan dilakukan oleh pemimpin-berpusat-kelompok selama tahap-tahap awal perkembangan kelompok ini disebut “refleksi perasaan atau maksud”, untuk menyatakan bahwa pemimpin berusaha untuk mencerminkan ungkapan pembicara sedemikian tepat sehingga pembicara sendiri puas karena telah dimengerti.
Unsur resiko dalam mendengarkan:
Kita beresiko diubah karena sewaktu kita benar-benar memahami orang lain, kita mungkin membuka ide dan sikap kita sendiri terhadap yang menentang – dalam arti tertentu kita menjadi orang lain untuk saat itu. Akibatnya, kita beresiko benar-benar mengambil alih titik pandang orang lain atau pandangan kita sendiri diubah olehnya. Hal ini menuntut rasa aman dan keberanan besar untuk memasuki hubungan karena menyadari bahwa tahap itu ditentukan bagi kemungkinan perubahan kita.
2. Di dalam fungsi “menyampaikan penerimaan”, pemimpin-berpusat-kelompok menyampaikan penerimaan dari anggota kelompok dengan menghindari tanggapan tertentu dan mengandalkan tanggapan-tanggapan tertentu yang lain.
Tanggapan langsung yang membawa maksud mengubah yang lain: ini harus dihindari oleh pemimpin-berpusat-kelompok. Tanggapan-tanggapan itu adalah:
1). Mengatur, memerintah, menuntut, mensyaratkan, melarang:
Kamu harus melakukan ini.
Kamu tidak boleh melakukan ini.
Kamu harus hati-hati.
Saya harap kamu lakukan ini.
Tenanglah.
Jangan terlalu menganggap serius.
2). Mengharuskan, membujuk, memperingatkan, memberi peringatan:
Kamu seharusnya melakukan ini.
Kamu tidak boleh mengatakan hal seperti itu.
Kamu perlu memperbaiki perbendaharaan katamu.
Sebaiknya kamu tidak mencobanya.
3). Menghimbau, memohon, menghendaki, mengharapkan

USC - Pelatihan Kepemimpinan

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DI MASA DEPAN

Indonesia dewasa ini tengah memasuki suatu babakan baru dalam sejarah hidupnya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya suatu proses perubahan global, sebagai kelanjutan dari gerak liberalisasi perdagangan dan produksi yang terus meluas. Makin dipastikan bahwa ekonomi Indonesia terintegrasi dalam perekonomian global, yang secara praktis hal tersebut bermakna terintegrasinya berbagai segi dalam kehidupan kita. Kedatangan barang dari mancanegara, tentu saja tidak bisa hanya dilihat sekedar banjir barang, sebab bagaimana pun hal tersebut memberikan pengaruh kepada mata dagangan, mata pencarian dan termasuk gaya hidup dalam masyarakat. Kondisi yang demikian, pada satu sisi telah menimbulkan begitu banyak keprihatinan, khususnya berkaitan dengan adanya fakta bahwa di banyak negeri proses global tersebut tidak selalu merupakan kebaikan, melainkan banyak yang menimbulkan dampak negatif, terutama oleh praktek ketidakadilan yang turut serta dalam proses tersebut. Krisis yang kini berlangsung, merupakan bagian dari cermin keprihatinan tersebut, dimana krisis global telah membawa akibat yang sangat luar biasa, dimana ekonomi Indonesia mengalami kemerosotan substansial, sehingga jumlah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan telah melonjak sangat tajam, hingga mencapai kondisi Indonesia pada tahun 70-an: yang berarti terjadi kemunduran dua dasawarsa.

Sebagian pihak melihat secara lebih realistik, dimana perubahan tersebut tetap merupakan kenyataan yang tidak terbendung, sehingga yang tersisa adalah bagaimana menurunkan dampak negatif tersebut, dengan sekuat daya mempersiapkan apa yang paling mungkin disiapkan, agar bukan destruksi yang kita peroleh, melainkan kondisi yang menguntungkan. Cara pandang ini, melihat bahwa perubahan global, memunculkan peluang-peluang dan harapan-harapan baru, yang sangat mungkin diantisipasi dengan orientasi meraih kemanfaatan yang besar dan menghindari kemungkinan buruknya. Dalam konteks inilah, makin dirasakan perlunya pemikiran-pemikiran baru dan pendekatan-pendekatan baru, sebab diyakini bahwa perubahan yang terus berlangsung tidak akan mungkin lagi bisa dihadapi dengan cara-cara lama dan atau dengan menggunakan kerangka pikiran lama. Pembaruan dengan sendirinya menjadi kebutuhan yang sangat mutlak, Pembaruan yang dimaksud, tidak saja tertuju kepada sistem (dalam pengertian tata sosial), melainkan juga menyentuh persoalan individu. Masa depan hanya akan mungkin dijawab dengan tatanan baru yang digerakkan oleh “manusia baru dengan pikiran baru”, bukan “manusia baru dengan pikiran lama.

Kebutuhan pembaruan tersebut yang diletakkan dalam kerangka perubahan global, berarti kebutuhan untuk “bersiap-siap” agar tidak menjadi bulan-bulanan kekuatan global dalam suatu percaturan pasar bebas. Perjalanan bangsa dalam periode di bawah Orde Baru, memperlihatkan bahwa yang terbangun bukan suatu kondisi yang memungkinkan tumbuhnya sebuah bangsa yang kuat, malah sebaliknya. Pembangunan nasional yang bermuara kepada pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan dukungan stabilitas politik –dengan menggunakan pendekatan keamanan—secara faktual telah menunjukan bahwa yang kemudian berlangsung adalah ketimpangan yang tajam, baik dalam ekonomi maupun politik. Sentralisasi kekuasaan, mengakibatkan mereka yang dapat tumbuh, adalah mereka yang dekat dengan lingkaran kekuasaan, sementara yang berada di luar itu, terus-menerus menjadi marjinal dan dimarjinalisasi.

Bangunan dengan ketimpangan yang tajam tersebut, tentu saja merupakan struktur yang sangat kompleks. Namun bila dilihat dari sudut kepemimpinan, maka sangat jelas tampak bagaimana kepemimpinan nasional yang ada memberikan pengaruh dalam perwatakan sistem yang ada. Hal ini pada gilirannya memberikan dampak kepada model kepempinan yang berkembang di masyarakat. Pola rekruitmen politik yang ditandai dengan nepotisme, koncoisme, dan berbagai bentuk lainnya, telah mengakibatkan sulitnya pertumbuhan kepemimpinan dari bawah, bahkan kemunculan kepemimpinan dari bawah seringkali memperoleh resistensi dari elit kekuasaan. Beberapa kondisi berikut, kiranya dapat menggambarkan model kepemimpinan yang ada:
Kepemimpinan sosial terhambat struktur kekuasaan; sistem politik represif tidak melahirkan pimpinan yg jujur; sistem sosial tdk kondusif bagi lahirnya pemimpin mandiri; feodalisme yg makin kuat; berkembangnya nepotisme; sistem tata nilai tidak menghargai kejujuran; nilai-nilai budaya yg tidak kondusif (tidak egaliter); macetnya saluran lahirnya pemimpin baru; birokrasi patrimonial melahirkan pemimpin “nggandul”; politik pembangunan mengkerdilkan calon pemimpin; sistem kolusi melahirkan; pemimpin curang; sistem politik tidak bisa melahirkan pemimpin handal; politik stabilitas memangkas pemimpin potensial; sistem patriarki tidak melahirkan pimpinan egaliter; ideologi pembangunanisme melahirkan pemimpin otoriter/fasis; hegemoni pemerintah selalu benar; kontrol sosial tidak berjalan; korupsi di berbagai bidang merajalela, hampir tidak terkendalikan.

Kondisi tersebut, telah memunculkan model kepemimpinan sebagai berikut: tidak mendengar aspirasi masyarakat; mementingkan diri dan kelompoknya; tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan; bersikap sektarian; tidak berorientasi pada kepentingan rakyat kecil; rendahnya integritas moral; tidak accountable; taggung-jawab sosial parah; tidak memiliki konstituen yang mengakar; hilangnya kekuatan lokal sebagai media pengambilan keputusan; pemimpin justru memecah belah rakyat; kurangnya wawasan (visi) sosial politik; menerapkan “nepotisme”; kurang tahu persoalan yang dipimpin; bila dibiarkan akan jatuh; lamban; seragam, tidak kreatif; pemimpin justru merampok kekayaan negara; pemimpin tidak punya visi lingkungan; kurang punya visi ke depan perencanaan; pemimpin tidak punya visi ham, gender dan mempertahankan status-quo; pemimpin lebih mencerminkan penguasa; datang/muncul dari langit, tidak tumbuh dari bawah. Dalam kenyataannya, masih sangat banyak ciri “negatif” yang dapat ditampilkan oleh model kepemimpinan yang ada, khususnya dalam proses penyelenggaraan kekuasaan. Dengan model yang demikian, dapat dipastikan akan sulit bagi masyarakat luas untuk dapar berkembang dengan baik, terlebih lagi dalam menghadapi arus perkembangan global, yang semakin membutuhkan kualitas kapasitas yang tinggi.

Oleh sebab itu, diperlukan model kepemimpinan alternatif bagi masa depan, dengan ciri antara lain sebagai berikut: harus dapat memahami jaman; melayani yang dipimpin; bekerja di bawah mekanisme kontrol; menjalankan ajaran agama dengan benar; memenuhi tugas yang diemban; merakyat; tidak arogan; tidak menjilat; merupakan alat rakyat mampu mengintegrasikan berbagai kepentingan secara adil; pengambilan keputusan dengan kosensus; bersikap adil; pendidik; kritis; jangan berdagang; jangan menunggu petunjuk saja;bertindak berdasarkan konsep berkelanjutan dan bertumpu pada rakyat; memahami demokrasi, HAM dan lingkungan hidup; dialogis; mendorong perkembangan masyarakat; muncul dari yang berakar; peduli terhadap nasib rakyat kecil dan kurang berdaya; bersikap sebagai negarawan yang mementingkan persatuan tapi kesatuan bangsa; menciptakan rasa aman bagi orang yang dipimpin. Secara prinsip pemimpin yang dimaksud adalah pribadi yang “baik”, memiliki integritas moral yang tinggi, menjalankan fungsi-fungsi yang bermuara kepada melayani dan mengembangkan ruang untuk rakyat dapat berkembang, yang karenanya patut memiliki visi kedepan yang memadai, seperti masalah hak asasi, lingkungan hidup, keadilan gender, dan lain-lain (lihat bagan).

Pelatihan Kepemimpinan Masa Depan.

Untuk menjawab tantangan masa depan, khususnya untuk ikut ambil bagian dalam proses mengembangkan kepemimpinan yang dicita-citakan tersebut, USCF/SATUNAMA, mengupayakan suatu bentuk pelatihan. Hadirnya pelatihan ini, tentu saja dengan kesadaran bahwa proses ini hanya merupakan salah satu dari aternatif yang dapat diambil dari kompleksitas jalan untuk melahirkan generasi baru pemimpin masa depan. Sangat disadari bahwa sistem pendidikan yang ada, masih jauh dari memadai untuk diproyeksikan menjadi wahana yang dapat melahirkan generasi baru pemimpin yang dimaksud. Bahkan dalam konteks kekinian, sistem pendidikan yang ada, telah secara “optimal” terintegrasi dalam sistem politik nasional, yang bekerja justru “mempertahankan status quo”, ketimbang memberikan peluang bagi munculnya generasi baru yang kritis dan berorientasi ke bawah (masyarakat).