Sunday, November 1, 2009

Group - Centered Leadership

GROUP-CENTERED LEADERSHIP


“The Field Theory “ of Lewin melahirkan semacam kepemimpinan yang bersifat ‘person-oriented’ dan ‘group-centered’. Hal itu menuntut bahwa pemimpin, agar mampu membantu proses belajar dan berkembang, sepenuhnya memahami kenyataan subjektif para pelajar, karena ia mengkait pada kenyataan objektif.
Filsafat yang terpusat pada kelompok menjunjung tinggi keyakinan bahwa kelompok yang paling effektif adalah yang anggota-anggotanya menyumbangkan usaha maksimalnya, sehingga menjamin kebebasan kelompok untuk merencanakan dan memutuskan bagi hidupnya. Maka fasilitator harus berusaha keras untuk menarik partisipasi, mendengarkan dengan rasa hormat kepada setiap sumbangan, dan mendorong masing-masing anggota melakukan hal yang sama satu terhadap yang lain.
The group-centered leader merupakan kebalikan langsung dari seorang otokrat, yang menjalankan kontrol maksimum atas kelompok demi tujuannya sendiri dan mengabaikan tanggung jawabnya bagi hak kelompok untuk berkembang dan memiliki kebebasan. Group-centered leader bukan sorang abdikrat, yang melepaskan tanggung jawab atas kelompok dan tidak mengacuhkan kebutuhan kelompok.
Fasilitator kelompok merupakan pemimpin sesaat yang melihat bahwa kepemimpinan atas kelompok bukanlah milik atau fungsi khusus seseorang, tetapi diserahkan olehkelompok pada anggota tersebut yang pada saat ini paling sesuai dengan kebutuhan. Perubahan penting dan berlaku lama harus dimulai oleh kelompok, bukan fasilitator. Akibatnya, ia berusaha melepas status khusus yang diberikan oleh kelompok, dan menghindari dimanfaatkan oleh kelompok sebagai satu-satunya nara sumber utama. Group-centered leader tidak siap menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberi pemecahan, tetapi pertama-tama mengundang anggota-anggota sendiri untuk membicarakan masalahnya. Fasilitator dapat berp[artisipasi di dalam membuat keputusan tanpa mendapat keistimewaan kelompok atas sumbangannya.
Group-centered leader menggunakan bakat-bakatnya untuk disumbangkan demi kesejahteraan orang lain; menghormati semua orang, khususnya kaum miskin dan kurang beruntung; mendengarkan, bersimpati, dan memberi empati; dan membangkitkan kemampuan-kemampuan orang lain. Sebagai orang Indonesia, ia bangga, sangat sadar akan kemampuan-kemampuan batin orang Indonesia untuk berubah. Ia memperlengkapi kemampuan orang untuk menghargai asal-usul mereka, membantu di dalam perjuangan demi kebebasan dari segala macam dominasi. Sebagai orang beriman, pemimpin kelompok yakin akan adanya kekuatan transenden yang hadir dalam kehidupan setiap orang.
Keyakinan dasar lain dari person-oriented facilitator adalah bahwa perubahan akan terjadi secara paling effektif dalam suasana yang tidak mengancam, saling menerima, dan bahwa tingkah laku demokratis tidak dapat diajarkan dengan cara-cara non-demokratis, tetapi hanya dengan mengalami demokrasi dalam tindakan.

No comments:

Post a Comment